Monday, September 18, 2006

Bis Ibukota P-6

Jam menunjukkan 06.15 pagi ketika kami melaju di jalan tol dalam kota arah Tanjung Priok. Bis kota P16 melaju di sebelah kanan dengan pintu terbuka bagian kiri depan dan belakang. Sejumlah remaja berseragam putih abu-abu nyaris bergelantungan di pintu bis yang terbuka. Jelas penumpang di dalam begitu sesaknya sehingga para pelajar itu memaksakan diri untuk menuju sekolah dengan meresikokan nyawanya pada bis kota dengan kecepatan sekitar 70-80 km per jam. Pagi itu memang ramai lancar, tapi kendaraan masih bisa memacu pada kecepatan ini. Ada mobil polisi patroli yang kami susul.
Tentu, saya tak bisa melihat siapa pelajar yang bergelantungan itu. Apakah di situ ada anak Pak Sutiyoso yang gubernur itu, anak Kapolda atau DLLAJR Jakarta, atau anak jendral, atau anak pemulung, atau anak siapapun juga. Mudah-mudahan bukan anakku dan dengan kondisi seperti ini. Namun, sesungguhnya, siapakah yang harus digugat atas resiko yang setiap hari kita lihat. Haruskah ada anak yang tergilas bis atau kendaraan berat di jalan tol hanya karena aturan ditegakkan hanya sebagai permainan belaka. Haruskah ada kematian yang diberitakan dengan cara ini?. Atau memang karaketer bangsa ini memang sejak dari dulu-dulu begitu, begitu bebal dan tidak perduli....

No comments: