Monday, October 02, 2006

Orang Yang Kalah - Pak Ogah

Ada sejumlah "hama" peradaban, yaitu mereka yang tersingkir, terlupakan, jadi beban masyarakat dan sekaligus juga jadi sarana aktualisasi diri para dermawan atau yang sok menjadi dermawan. Kalah dalam percaturan kehidupan dan memilih mengais-ngais rejeki dari pilihan-pilihan kegagalan yang ada di lingkungannya. Dia bisa pengemis yang mengeksploitasi rasa kasih sayang dan semangat beribadah, bisa jadi pemulung yang mengais-ngais rejeki dari sisa pembuangan, atau jabatan apa saja yang memungkinkan dapat mengisi perutnya. Salah satu pilihan diperkotaan bagi orang-orang yang kalah adalah menjadi Pak Ogah. "Membantu" polisi melancarkan arus lalu lintas yang kerap macet untuk mengais seratus-dua ratus sampai beberapa ribu rupiah. Pilihan serba permisif dari hasil sangat mungkin terjadi, mungkin untuk makan, mungkin sekedar untuk rokok, atau akhirnya sekedar minum minum saja. Keramaian jalan-jalan itu telah memberikan manfaat bagi pencari penghasilan cara praktis. Bukan hanya keramaian jalan, tetapi juga jalan rusak, sumbangan masjid, jalan curam, jembatan rusak, bisa menjadi sarana baru untuk mencari penghasilan pintas yang sesungguhnya menyesakkan dada dari sudut kebutuhan dan pemenuhan kualitas SDM yang handal. Mereka sebenarnya orang-orang yang kalah, yang tak mampu memberdayakan dirinya dan diberdayakan oleh negara melalui berbagai program pendidikan dan penyediaan fasilitas. Mereka adalah serpihan dari pertumbuhan ekonomi yang dicita-citakan bangsa. Mereka kalah dalam persaingan untuk mendapatkan jatah layak hidup. Mereka miskin, bukan hanya materi, tapi juga jiwa. Lalu, kita yang sedang bermobil, apalagi jika mobilnya cukup bagus, dan membuka kaca mobil sedikit lalu melemparkan atau dengan jepitan ujung jarinya sedang memberdayakan dengan uang 100 atau 200 rupiah. Apakah begitu tindakan para pemenang itu dan hanya begitu?

No comments: