Monday, June 12, 2006

Dimana Letak Keadilan & Kepintaran?

Umpamakan sederhana : Pengembang membeli tanah rakyat Rp 50 ribu per meter persegi. Tanah itu kemudian dikembangkan dengan modal Rp 500 ribu per meter (50 ribu modal sendiri dan 450 ribu modal bank). Kemudian, tanah itu dijual dengan harga Rp 1 Juta per meter persegi. Modal dari bank (modal kerja) dengan jaminan tanah itu sendiri. Modal kerja diberikan karena Pengembang berhasil membebaskan lahan untuk itu, sehingga dengan sedikit teknik laporan dan sedikit pat-pat gulipat, serta keterampilan untuk mendapatkan uang muka pembelian rumah dari calon pembeli, maka praktis Pengembang sebenarnya tidak mengeluarkan uang sepeserpun. Semuanya, tentu didapat dengan bekerja cerdas, koneksi, dan kepiawaian manajerial yang tinggi. Intuisi bisnis yang tepat dan pengetahuan tentang lokasi-lokasi empuk, menempatkannya menjadi Pengembang berkualitas. Tentu, hal ini layak dihormati dan dipujikan. Begitu banyak penduduk yang membutuhkan rumah, maka peluang ini adalah juga memberikan kesempatan lebih baik dari pada tinggal selamanya di Pondok Mertua Permai.
Contoh singkat di atas, asumsikan saja keuntungan yang didapat dari hitungan di atas adalah 450 ribu per meter persegi (terlalu tinggi ya?). Oke, kalau begitu kita turunkan menjadi Rp 250 ribu (jadi kita hitung bunga bank dan over head dan lain-lainnya).
Rp 250 ribu adalah lima kali dari harga tanah yang dibeli dari rakyat yang menjual tanahnya. Tidak ada yang salah secara hukum, semua oke-oke saja. Mari pertanyaannya kita ubah sekarang. Itu bukan rakyat, tapi tanah itu milik orang kaya juga, yang tidak akan menjual tanahnya kecuali dengan ucapan : "Mari bersama-sama berinvestasi?". Berapa kira-kira pembagian untuk pemilik tanah. Setidaknya, harga tanahnya akan dinilai dua atau tiga lipat dari harga saat itu., bisa lebih juga karena sesungguhnya investasi terbesar dari perumahan adalah tanah itu sendiri. Atau mari berhitung dari profitnya!. Pertanyaan selanjutnya, Apakah Pemerintah tidak mengajak rakyat pemilik tanah juga sebagai investor, bukan hanya objek pembebasan tanah yang berada pada harga yang selalu tertinggal dari perkembangan harga tanah?
Kadang kita lebih kapitalis dari kapitalis....

No comments: