Sunday, June 11, 2006

Melanggar Hak Publik

Jalan tol Cipularang, Jagorawi, atau jalan tol manapun adalah kerajaan bagi mobil-mobil bagus atau mewah untuk unjuk kecepatan. Mobil yang kupakai tidak bagus-bagus amat, tapi lumayanlah. Untuk kecepatan 160 km per jam sih masih bisa. Di depanku ada beberapa truk berjalan dengan kecepatan kurang dari 40 km per jam, sebagian bus antar kota zigzag di kiri kanan jalan. Mengikuti truk atau bis memang menjengkelkan. Selain kehilangan pemandangan, juga batas kecepatan minimum (60 km per jam) tidak dipatuhi. Baik sedan bagus dan mewah yang berlalu di tepi paling kiri bersliweran, maupun yang berjalan di bawah batas kecepatan yang ditetapkan menurutku sama-sama melanggar hak publik. Truk yang tampak tertatih-tatih menggelindingkan rodanya dengan beban yang sarat muatan seperti menangisi kehidupannya dan mobil mewah nan pongah memiliki hak untuk bergaya, berpamer dengan kemegahannya. Yang satu, mungkin pendidikannya tak cukup untuk memberikan pendapatan cukup untuk keluarganya. Yang satu lagi, boleh jadi sekolahnya di Amerika. Kecerdasannya di atas rata-rata. Proyeknya berjibun. Hubungannya dengan pejabat dan pengusaha serta tokoh-tokoh publik tak kalah kencangnya. Keduanya sama, melanggar hak publik. Bedanya, yang satu melanggar karena ketakmampuannya meningkatkan kecepatan pada batas yang ditetapkan, yang lainnya tak memiliki hati dan disiplin untuk mengikuti aturan batas kecepatan dan melewatinya dari sudut manapun yang mungkin. Namun, ketika truk pun, kosong muatannya, maka kesewenangannya pun kerap diperlihatkan, dia juga ngebut di kanan kiri. Berzigzag juga. Aku berada pada pilihan mana?. Jika kecepatan kendaraan di bawah 60 km dan bukan karena jalan sedang macet, maka aku akan susul dari kiri atau kanan jalan. Mana yang paling mungkin. Tapi jika jalanan memang macet, aku pilih mengikuti aturan saja, risi rasanya harus menyalib dari kiri jalan. Lebih cepat, tapi mengambil hak yang sesungguhnya bukan hak. Ya... jika kesadaran itu sedang tiba, kadang juga ketidakkesabaran berkendaraan membuat aku sama barbarnya dengan mobil-mobil mewah itu.....

No comments: